Text
Fenomena Kemasyarakatan: Refleksi Cendekiawan Muslim
Umat Islam digambarkan Al-Quran sebagai Khaira Ummah (sebaik-baik umat), namun yang terungkap kepermukaan sebaliknya bahwa perjalanan sosio-historis umat ini selalu berada dijalur gelap penuh dengan kebodohan, keterbelakangan dan kemiskinan, kecuali generasi pendahulunya yang benar benar berpegang teguh pada pesan moral Al-Quran. Yakni perjanjian kita yang luhur dengan Allah SWT untuk mengarungi lautan kehidupan berasaskan Islam. Juga perjanjian yang terjadi ketika kita mengakrabi kehidupan duniawi sebagai satu bentuk interaksi pergaulan di muka bumi ini. Kita melakukan kontemplasi, yakni memandang diri untuk menemukan butir butir kenyataan perilaku. Baik dalam perkataan, pemikiran, keputusan hati, sikap dan perbuatan maupun unsurunsur perilaku kita lainya yang sulit diukur secara matematis. Berkontemplasi tentu saja bukan membiarkan kita bertanya melayang jauh di awan tak bertepi. Atau berfikir lepas menembus ruang angkasa tak terbatas. Di dalam kontemplasi bertanya dan berpikir. Berpikir dan bertanya tentang diri dan masyarakat melalui renungan banding membanding antara kenyataan kehidupan dengan kehidupan ideal menurut Islam. Bersama sebagai catatan tentang cita keislaman dan citra kemusliman. Langkah lebih lanjut yakni upaya upaya terprogram untuk mendekat jarak antara citra dengab cita tersebut. Bahkan agar citra itu berhimpit dengan cita kehidupan kita secara individual maupun masyarakat.
Tidak tersedia versi lain