Text
Panduan Wisata Religi
Dalam tradisi Islam, ziarah awalnya berkonotasi mengunjungi kuburan. Mengunjungi (menziarahi) kuburan saudara, dan atau tokoh-tokoh besar. Ziarah memiliki tradisi panjang dalam sejarah perkembangan agama Islam. Bahkan diskursus ziarah bergaung jauh dalam sejarah. Dari masa Ibnu al-Jauzi dan Ibnu Taimiyah pada abad ke-12 sampai dengan Ibnu Abdul Wahhab, Rashid Ridha, dan Sayyid Quttub pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, perilaku keagamaan ini sempat dikecam karena dianggap sebagai praktek syirik. Namun sekarang, kata "ziarah" sudah digunakan untuk kegiatan mengunjungi tempat-tempat yang memiliki keistimewaan seperti makam para wali dan masjid-masjid bersejarah atau monumental, pesantren, keraton, dll. Antusiasme masyarakat mengunjungi tempat-tempat "sakral" menjadikan ziarah tidak hanya urusan ritual keagamaan, tetapi lebih mirip wisata. Sudah ada unsur ekonomi-sosial dan budaya. Kegiatan ini disebut dengan wisata religi atau wisata rohani. Buku ini hadir dengan memperkenalkan sejumlah lokasi yang pantas dipertimbangkan untuk dijadikan tujuan wisata religi di Jawa dan Bali.
Tidak tersedia versi lain