Text
Islam, Otoritarianisme, dan Ketertinggalan
Mengapa negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim menunjukkan tingkat otoritarianisme yang tinggi dan tingkat pembangunan sosioekonomi yang rendah dibandingkan dengan rata-rata dunia? Ahmet T. Kuru mengkritik penjelasan penjelasan yang menunjuk agama Islam sebagai penyebab perbedaan itu, karena dalam bidang filsafat dan sosioekonomi, dunia Muslim sempat lebih maju daripada Eropa Barat antara abad ke-9 dan ke-12 Masehi. Kolonialisme Barat juga bukan penyebabnya: dunia Muslim sudah menderita masalah politik dan sosioekonomi ketika kolonisasi bermula. Kuru menunjukkan bahwa dunia Muslim sudah memiliki pemikir pemikir dan pedagang-pedagang berpengaruh pada awal sejarahnya. ketika ortodoksi agama dan kekuasaan militer masih marak di Eropa. Namun, pada abad ke-11, persekutuan antara ulama ortodoks Islam dan negara-negara militer mulai bermunculan. Persekutuan itu sedikit demi sedikit menghalangi kreativitas intelektual dan ekonomi dengan meminggirkan kelas intelektual dan borjuis di dunia Muslim. Studi penting ini menghubungkan penjelasan sejarah dengan politik masa kini dengan memperlihatkan bahwa sampai sekarang, aliansi ulama-negara tetap mempersulit kreativitas dan kompetisi di negara-negara Muslim.
Buku ini beragumen bahwa masalah otoritarianisme dan ketertinggalan sosial-ekonomi berkaitan dengan persekutuan ulama-negara dan rente minyak di sebagian bersar negara berpenduduk mayoritas Muslim. Namun, Indonesia tidak didominasi oleh persekutuan ulama negara ataupun rente minyak. Alhasil Indonesia menjadi kasus penting untuk menguji argumen di buku ini. Buku ini fokus ke pembentukan persekutuan ulama negara dalam sejarah dan contoh-contoh kontemporernya di Asia Tengah, Timur Tengah, Afrika Utara, Iberia Muslim, dan anak benua India. Buku ini bukan sekedar buku sejarah, namun menganalisis masalah-masalah masa kini di dunia Muslim dengan tujuan mencari solusi untuk masa depan yang lebih baik.
Tidak tersedia versi lain