Text
Pesantren Gen-Z : Re-Aksentuasi Nilai Moderasi Beragama pada Lembaga Pendidikan
Pesantren dikenal dengan identitasnya yang unik. Kultur pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan dan dakwah berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya, keunikan nya dapat dilihat dari metode pengajaran yang dikenal dengan nama metode sorogan dan bandongan, yaitu metode pengajaran dimana pada waktu berbarengan Kiai/ustadz dan murid memegang kitab (yang sama). Kiai/ustadz mengkaji isi kitab, membacakan dan mengupas maknanya sedangkan santri mendengar, menyimak dan mencatat. Metode sorogan adalah: cara penyampaian bahan pelajaran dimana kyai atau ustādz mengajar santri seorang demi seorang secara bergilir dan bergantian, santri membawa kitab sendiri-sendiri. Mula-mula kyai membacakan kitab yang diajarkan kemudian menterjemahkan kata demi kata serta menerangkan maksudnya, setelah itu santri disuruh membaca dan mengulangi seperti apa yang telah dilakukan kyai, sehingga setiap santri menguasainya.
Buku ini terinspirasi dari fenomena sosial keagamaan yang belakangan menjadi kegelisahan banyak pihak, baik personal maupun institusional. Kegelisahan tersebut tampak dari gencarnya agamawan. ulama, cendekiawan, para pendidik, dan para orang tua menyeru agar masyarakat manusia untuk membentengi dirinya dari arus zaman yang sudah mengglobal. DIhadapan mereka terlihat jelas satu fenomena sosial yang menggejala pada generasi milenial oleh derasnua arus globalisasi dan teknologi. Kebergantungan mereka akan teknologi serta pola hidp modernnya menjadi 'trademark' perilaku keseharian dan dikhawatirkan menjauhkan mereka dari nilai-nilai agama dan norma-norma budaya bangsa.
Tidak tersedia versi lain